Pada Senin, 24 Juni 2024 yang baru lalu, RW 03 Ngaliyan tampil dalam presentasi Lomba Kampung Hebat Kota Semarang 2024 yang dilaksanakan secara daring. RW 03 mewakili Kelurahan Ngaliyan yang tampil sebagai nominator Kampung Hebat untuk kualifikasi Kampung Kreatif & Inovatif. Presentasi dilaksanakan di Aula Gedung PKK Kelurahan Ngaliyan. Hadir dalam presentasi tersebut Lurah Ngaliyan, Ketua LPMK, Ketua RW 03, Ketua Pasar Rakyat Minggu Pagi (PMP), perwakilan dari Gerakan Seribu Rupiah (GSR), perwakilan dari Panti Asuhan Kafalatul Yatama, perwakilan dari Eco Print, serta Tim IT Kelurahan Ngaliyan.
Presentasi Kampung Kreatif & Inovatif menempati urutan akhir dari nominator lain, yaitu Kampung Tanam Bawang Merah, Kampung Pro Lingkungan, dan Kampung Sehat. Presentasi Kampung Kreatif & Inovatif Ngaliyan disampaikan oleh Ketua GSR sekaligus Ketua Tim Presentasi Kampung Hebat, Elly Sholihan.
Paparan yang disampaikan oleh Ketua Tim Elly Sholihan diawali dengan penjelasan tentang GSR, yang merupakan gerakan inovatif dari jamaah pengajian putri di Masjid At-Taqwa RW 01 Ngaliyan dalam merespon dampak krisis moneter. Gerakan ibu-ibu yang dimulai 17 tahun lalu, tepatnya pada 17 April 2007 ini mulanya dalam kerangka membantu anak-anak dari warga RW 03 yang mengalami kesulitan dalam pembiayaan sekolah karena orang tuanya terdampak krisis moneter. Dampak tersebut antara lain adanya PHK besar-besaran sehingga banyak keluarga menjadi tidak mampu mempertahankan perekonomian keluarga, termasuk untuk biaya pendidikan anak-anaknya.
Untuk mendapatkan dana yang akan digunakan untuk membantu pendidikan anak-anak warga RW 03, timbul pemikiran tentang penggalangan dana dari masyarakat atau fund raising. Dari sinilah dimunculkan nama Gerakan Seribu Rupiah atau GSR yaitu dengan mengumpulkan sedekah walaupun hanya seribu rupiah. Selain itu, gerakan ini juga mengumpulkan barang-barang bekas yang diperoleh dari warga di antaranya melalui sedekah sampah dan barang-barang pantas pakai. Setelah dipilih, dipilah, dibersihkan, diperbaiki, dan dikemas sesuai dengan kondisinya, barang bekas tersebut dijual kembali ke masyarakat umum.
Penjualan dilakukan dengan membuka warung di PKL SMP 16 yang difasilitasi oleh Lurah Ngaliyan. Warung tersebut dikelola oleh salah seorang anggota GSR yang juga menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari. Selain di warung tersebut, penjualan barang-barang GSR juga dilakukan di Villa GSR, yaitu tempat pegiat GSR melakukan pemilihan, pemilahan, pembersihan, perbaikan, dan pengemasan barang-barang pantas pakai. Villa GSR tersebut beralamat di Jl. Panembahan Senopati No. 265, Ngaliyan, Semarang.
Pada perkembangan selanjutnya, GSR terus berinovasi tidak hanya memberikan bantuan pendidikan atau beasiswa kepada masyarakat umum di RW 03, namun melangkah lebih jauh dengan memberikan bantuan sembako kepada warga yang membutuhkan, dan memberikan pinjaman modal usaha kepada warga yang akan membuka usaha, serta memberikan beasiswa kepada 26 santri Panti Asuhan Kafalatul Yatama.
Pada tahun 2023, Subastian Subrata seorang warga RW 03 Kelurahan Ngaliyan mencetuskan Pasar Rakyat Minggu Pagi (PMP). Subastian Subrata yang juga sebagai Ketua Bidang Edukasi Kewirausahaan UMKM Rangkul melihat lokasi sepanjang jalan di antara SDN Ngaliyan dan Lapangan Sulanji berpotensi untuk dibuat Pasar Pagi untuk UMKM karena di Ngaliyan belum ada CFD seperti di daerah Semarang lainnya.
Ide Pasar Rakyat Minggu Pagi akhirnya terealisasi pada Minggu, 18 Juni 2023. Sebanyak 113 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) meramaikan Pasar Rakyat Minggu Pagi yang digelar Rakyat Semarang Kuliner (Rangkul), sebuah komunitas pelaku usaha mikro kecil (UMKM) kuliner di Kota Semarang.
Di Pasar Rakyat Minggu Pagi tersebut, GSR terlibat aktif dengan membuka lapak secara rutin di setiap penyelenggaraan PMP.
Aspek kreatif dari gerakan masyarakat di Ngaliyan yang berupa dua kegiatan unggulan tersebut tergambar dari kegiatan yang berbasis dari masyarakat sendiri, bukan merupakan program yang sifatnya "top down".
Aspek inovatif tergambar dari perkembangan yang selalu muncul dalam perjalanan waktu ke waktu di mana kegiatan tersebut selalu berkembang, semakin meluas dan semakin banyak ragam kegiatannya. Tercatat, GSR pada tahun 2007 yang hanya mengumpulkan kenclengan seribu rupiah, berkembang menjadi pengumpulan barang bekas pantas pakai, sedekah sampah, di masa selanjutnya berkembang dengan inovasi-inovasi lain di antaranya eco enzym, eco print, dan eco bulb.
Aspek sustainable tergambar dari lama waktu bertahannya GSR dengan berbagai pengembangannya. Ketika tercetus kegiatan PMP yang baru berjalan dalam satu tahun terakhir ini, keduanya pun bersinergi dengan baik.
Economics sustainability tergambar dari hidupnya kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat mulai dari fund raising sampai pemanfaatan hasil penggalangan dana dan barang yang dilakukan oleh GSR, serta tingginya animo pelaku usaha dan masyarakat dalam meramaikan PMP.
Selain dirasakan oleh masyarakat luas yang menerima manfaat dari dua program unggulan tersebut, gerakan ini juga mengundang partisipasi dari masyarakat yang tadinya hanya di lingkup RW 03 Ngaliyan, meluas bahkan sampai di luar wilayah Kelurahan Ngaliyan. Banyak juga akademisi yang tertarik mengkaji gerakan ini dan diterbitkan dalam jurnal-jurnal nasional dan internasional.
Paparan pada Senin, 24 Juni 2024 ini juga diiringi dengan video show yang menggambarkan kondisi wilayah Ngaliyan dengan berbagai kegiatannya. Paparan dilakukan selama lima menit dan dilanjutkan dengan tanya jawab oleh panitia. Ada dua pertanyaan yang diajukan oleh panitia, yaitu terkait dengan pinjaman kuliah oleh GSR dan PMP:
Pertanyaan pertama: Saat ini kan UKT mahal, bagaimana GSR memberikan pinjaman kuliah itu?. Berapa besarannya dan bagaimana pengembaliannya?
Jawaban: Saat ini plafon pinjaman kuliah GSR adalah sebesar 2 juta rupiah dan dikembalikan selama sepuluh kali tanpa biaya administrasi.
Pertanyaan kedua: Di Ngaliyan sekarang ada PMP. Apakah itu hanya untuk masyarakat Ngaliyan atau terbuka bagi pedagang dari luar Ngaliyan?
Jawaban: Terbuka untuk warga Kelurahan Ngaliyan dan warga dari luar wilayah Kelurahan Ngaliyan, namun pengelolanya adalah Kelurahan Nyaliyan. Jawaban lebih lengkap kemudian dilanjutkan oleh Subastian Subrata sebagai Ketua PMP yang menjelaskan pengelolaan PMP secara lebih detail. Pada penyelenggaraan PMP dilakukan manajemen lapak yang membatasi setiap jenis usaha sehingga tidak ada usaha yang sama dalam jumlah yang terlalu banyak. Pembatasan ini antara lain; jualan yang sama dibatasi 3 lapak, usaha kuliner makanan tidak boleh menjual minuman dan sebaliknya, serta peraturan-peraturan lain yang disepakati bersama. Dengan adanya pembatasan-pembatasan tersebut, maka persaingan usaha dapat berlangsung dengan sehat dan menguntungkan bagi semua usaha yang ada di PMP.
Sesi presentasi kemudian ditutup oleh panitia pada jam 15:30 WIB.
Tags:
Kampung Hebat Semarang