Semarang Menuju Kota Berkelanjutan: Adaptasi Perubahan Iklim untuk Generasi Mendatang

Perubahan iklim menjadi tantangan besar bagi banyak kota di dunia, termasuk Kota Semarang. Dampaknya yang nyata, seperti curah hujan ekstrem, banjir, kenaikan suhu, dan ancaman abrasi di wilayah pesisir, menuntut langkah-langkah adaptasi yang komprehensif. Untuk mengatasi tantangan ini, berbagai strategi telah diterapkan guna meningkatkan ketahanan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.  

Salah satu fokus utama adaptasi adalah pengelolaan sumber daya air. Kota Semarang menghadapi ancaman banjir akibat curah hujan yang tinggi dan sistem drainase yang tidak selalu mampu mengatasi volume air yang meningkat. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur seperti kolam retensi, sistem drainase yang lebih baik, serta perluasan daerah resapan air menjadi langkah yang dilakukan. Selain itu, teknologi pengelolaan air hujan mulai diterapkan guna memastikan ketersediaan air bersih serta mengurangi risiko bencana hidrometeorologi.  

Di sektor infrastruktur, Kota Semarang terus membangun fasilitas yang lebih tangguh terhadap perubahan iklim. Revitalisasi kawasan rawan banjir dengan pendekatan kota hijau dilakukan untuk mengurangi risiko genangan, sementara pembangunan tanggul pesisir menjadi solusi untuk menghadapi abrasi dan kenaikan permukaan laut. Penggunaan material ramah lingkungan dalam pembangunan kota juga diupayakan agar infrastruktur lebih adaptif terhadap kondisi iklim yang semakin ekstrem.  

Selain penguatan infrastruktur, peran masyarakat menjadi kunci utama dalam keberhasilan adaptasi perubahan iklim. Pemerintah dan berbagai komunitas menggalakkan edukasi serta kampanye kesadaran lingkungan, termasuk melalui program penghijauan, pengelolaan sampah berbasis komunitas, dan pelatihan untuk petani serta nelayan agar lebih siap menghadapi perubahan pola cuaca. Partisipasi aktif masyarakat dalam inisiatif lokal seperti bank sampah dan ekowisata juga menjadi bukti bahwa adaptasi iklim memerlukan keterlibatan semua pihak.  

Langkah lain yang tidak kalah penting adalah konservasi dan pemulihan ekosistem. Reboisasi dan penghijauan kawasan kritis terus dilakukan untuk meningkatkan daya serap karbon dan mengurangi risiko longsor. Di wilayah pesisir, pelestarian hutan mangrove menjadi prioritas untuk melindungi garis pantai dari abrasi. Sementara itu, sektor pertanian mulai beralih ke metode yang lebih berkelanjutan dengan mengembangkan teknologi yang adaptif terhadap perubahan cuaca.  

Selain itu, adaptasi perubahan iklim juga mencakup pengelolaan limbah dan pengurangan emisi karbon. Kota Semarang semakin gencar mendorong penggunaan energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan seperti bus listrik dan jalur sepeda, serta sistem pengelolaan sampah yang lebih efisien. Berbagai inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan sekaligus menciptakan kehidupan kota yang lebih sehat dan berkelanjutan.  



Terkait dengan hal tersebut, Pemerintah Kota Semarang Bagian Perekonomian dan SDA menyelenggarakan Sosialisasi Adaptasi Perubahan Iklim di Kota Semarang Tahun 2025. Kegiatan yang diselenggarakan pada Senin, 10 Maret 2025 bertempat di Aula Kecamatan Ngaliyan, diikuti oleh perwakilan warga masyarakat dari Kelurahan se-Kecamatan Ngaliyan. Sosialisasi ini mendatangkan narasumber mulai dari Camat Ngaliyan, Unsur Pemerintah, Anggota DPRD Kota Semarang, dan NGO.

Berikut ini paparan dari para narasumber:

Moeljanto, S.E., Kp., M.M., Camat Ngaliyan:

Upaya Adaptasi Perubahan Iklim di Kota Semarang Tahun 2025

Kota Semarang telah mengambil langkah-langkah penting untuk menghadapi dampak perubahan iklim pada tahun 2025, dengan fokus pada pengelolaan sumber daya air, pengembangan infrastruktur hijau, dan edukasi masyarakat. Berbagai upaya adaptasi ini didukung oleh partisipasi aktif komunitas, kolaborasi lintas sektor, dan inisiatif lokal, yang berkontribusi pada ketahanan lingkungan kota. Lebih lanjut mengenai strategi-strategi ini dipaparkan oleh Camat Ngaliyan, Moeljanto, S.E., Kp., M.M. sebagai berikut:

Perubahan iklim menjadi tantangan global yang menuntut tindakan adaptasi agar kualitas hidup tetap terjaga. Kota Semarang telah mengambil berbagai langkah strategis untuk menghadapi dampak perubahan iklim di tahun 2025. Salah satu upaya utama adalah pengelolaan sumber daya air, yang mencakup pengendalian banjir, pelestarian daerah resapan, dan pengelolaan air hujan. Langkah ini bertujuan untuk memastikan ketersediaan air bersih serta mengurangi risiko bencana yang semakin meningkat akibat perubahan pola cuaca.

Selain itu, pengembangan infrastruktur hijau menjadi fokus dalam memperkuat ketahanan lingkungan. Pembangunan taman kota dan hutan kota di berbagai wilayah bertujuan untuk mengurangi efek panas, meningkatkan kualitas udara, serta menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan nyaman bagi masyarakat. Upaya ini didukung oleh program edukasi dan kampanye kesadaran yang melibatkan masyarakat secara aktif. Berbagai kegiatan komunitas juga digalakkan agar warga memahami pentingnya perubahan iklim dan langkah-langkah adaptasi yang dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Peran komunitas dalam menghadapi perubahan iklim sangatlah penting. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek lingkungan membantu meningkatkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab terhadap keberlanjutan kota. Kerja sama lintas sektor, yang melibatkan pemerintah, sektor swasta, dan organisasi non-pemerintah, juga memastikan bahwa solusi adaptasi dapat diterapkan secara efektif di berbagai bidang. Berbagai inisiatif lokal, seperti program penghijauan dan kelompok relawan lingkungan, semakin memperkuat upaya mitigasi perubahan iklim di tingkat masyarakat.

Dengan berbagai langkah strategis ini, Kota Semarang telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Adaptasi terhadap kondisi lingkungan yang terus berubah membutuhkan kesadaran dan tindakan kolektif dari semua pihak. Dengan mengelola sumber daya air secara bijak, membangun infrastruktur hijau, dan melibatkan masyarakat dalam berbagai inisiatif lingkungan, Kota Semarang berupaya menciptakan masa depan yang lebih tangguh dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Download Materi


Ima Kurnia Dewi, S.Si, MM., Kepala Bagian Perekonomian dan SDA Setda Kota Semarang:

Ekonomi Hijau, Solusi Ekonomi dalam Menghadapi Perubahan Iklim

Ekonomi hijau adalah solusi berkelanjutan untuk menghadapi perubahan iklim dengan mengutamakan kesejahteraan manusia dan perlindungan lingkungan. Konsep ini menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan melalui pengurangan emisi karbon, efisiensi sumber daya, dan energi terbarukan. Meski menghadapi tantangan seperti biaya investasi yang tinggi, ekonomi hijau menawarkan manfaat jangka panjang, termasuk penciptaan lapangan kerja baru dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Ekonomi hijau merupakan solusi berkelanjutan dalam menghadapi perubahan iklim dengan mengedepankan kesejahteraan manusia dan perlindungan lingkungan. Konsep ini menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan melalui pengurangan emisi karbon, efisiensi sumber daya, dan pelestarian keanekaragaman hayati.

Dalam menghadapi dampak perubahan iklim seperti cuaca ekstrem dan kenaikan permukaan laut, ekonomi hijau berperan penting dalam mengurangi jejak karbon serta mendorong penggunaan energi terbarukan. Prinsip utamanya mencakup rendah karbon, efisiensi sumber daya, dan keadilan sosial. Sektor-sektor utama yang mendukung ekonomi hijau meliputi pertanian berkelanjutan, transportasi hijau, energi terbarukan, serta industri daur ulang.

Energi terbarukan menjadi pilar utama ekonomi hijau, karena dapat menyediakan sumber energi yang bersih dan berkelanjutan, sekaligus mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Manfaat dari ekonomi hijau tidak hanya berdampak positif bagi lingkungan, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Meski demikian, ada tantangan dalam mewujudkan ekonomi hijau, seperti biaya investasi yang tinggi dan keterbatasan akses teknologi hijau, terutama di negara berkembang. Namun, dengan strategi yang tepat, ekonomi hijau dapat membawa manfaat jangka panjang bagi dunia. Oleh karena itu, peralihan menuju ekonomi hijau perlu dilakukan secara kolaboratif untuk menciptakan masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Download Materi


Suharsono, SS.,M.Si, Wakil Ketua DPRD Kota Semarang:

Perubahan Iklim, Bagaimana Ini Mempengaruhi Pertanian dan Ketahanan Pangan

Perubahan iklim yang semakin ekstrem memberikan dampak besar terhadap sektor pertanian dan ketahanan pangan, menyebabkan penurunan hasil panen, krisis air irigasi, serta lonjakan harga pangan. Untuk menghadapinya, diperlukan strategi adaptasi seperti penggunaan teknologi pertanian modern, diversifikasi tanaman, serta kebijakan yang mendukung pertanian berkelanjutan. Dengan langkah yang tepat, kita dapat menjaga ketersediaan pangan bagi generasi mendatang.

Perubahan iklim yang semakin ekstrem telah menjadi ancaman serius bagi sektor pertanian dan ketahanan pangan. Peningkatan suhu global, perubahan pola hujan, serta meningkatnya frekuensi cuaca ekstrem seperti gelombang panas dan badai, menyebabkan ketidakstabilan produksi pangan. Hal ini berdampak pada hasil panen yang menurun, kualitas tanah yang memburuk, serta krisis air untuk irigasi, yang pada akhirnya mengancam ketahanan pangan masyarakat, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah.

Ketahanan pangan menjadi semakin sulit dicapai karena produksi yang menurun menyebabkan keterbatasan akses terhadap pangan serta lonjakan harga. Banyak negara harus mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan pangan, yang membuat ketergantungan semakin besar. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan strategi adaptasi yang melibatkan teknologi pertanian modern, pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan, serta kebijakan pemerintah yang mendukung pertanian tahan iklim.

Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah pengembangan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap perubahan iklim, penerapan pertanian cerdas iklim, serta diversifikasi tanaman guna mengurangi risiko gagal panen. Selain itu, pemanfaatan data cuaca untuk perencanaan tanam yang lebih tepat juga dapat membantu petani dalam menghadapi ketidakpastian iklim.

Kesimpulannya, perubahan iklim membawa tantangan besar bagi sektor pertanian dan ketahanan pangan, namun dengan inovasi teknologi, pengelolaan yang bijak, serta dukungan kebijakan yang tepat, tantangan ini dapat dihadapi. Langkah-langkah strategis dan edukasi kepada petani sangat diperlukan agar produksi pangan tetap stabil dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Download Materi


Aisyah Firdausa, S.M.B, S.E, M.H., Anggota DPRD Kota Semarang, Komisi B:

Dampak Ketahanan Pangan akibat Perubahan Iklim serta Upaya Adaptasi dan Mitigasi Masyarakat

Perubahan iklim mengancam ketahanan pangan, dengan meningkatnya suhu global, curah hujan ekstrem, dan risiko gagal panen. Langkah jangka pendek seperti stabilisasi harga dan peningkatan stok pangan diperlukan, sementara strategi jangka panjang mencakup modernisasi pertanian, diversifikasi pangan, dan perlindungan lingkungan. Teknologi pertanian presisi, reboisasi, serta pengelolaan limbah menjadi solusi untuk menghadapi tantangan ini. Kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta sangat penting dalam membangun sistem pangan yang tangguh dan berkelanjutan.

Perubahan iklim telah menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan, termasuk di Kota Semarang. Efek rumah kaca menyebabkan peningkatan suhu global, yang berdampak pada pola cuaca ekstrem, seperti curah hujan berlebihan dan gelombang panas yang memperburuk kondisi pertanian. Pada tahun 2025, Januari tercatat sebagai bulan terpanas dalam sejarah, sementara beberapa wilayah di Jawa Tengah mengalami curah hujan ekstrem yang menyebabkan banjir dan kegagalan panen. Akibatnya, ribuan keluarga terdampak bencana ini, dan lahan pertanian yang terendam air berpotensi mengalami kerusakan permanen, yang dapat mengganggu pasokan pangan secara luas.

Untuk menghadapi tantangan ini, diperlukan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi yang efektif. Dalam jangka pendek, pemerintah dan masyarakat harus memastikan stabilitas harga pangan dengan mengendalikan distribusi dan mencegah spekulasi harga. Penambahan stok pangan juga menjadi prioritas, termasuk pemanfaatan lahan tidur untuk menanam komoditas penting. Selain itu, informasi cuaca yang lebih akurat bagi petani sangat dibutuhkan agar musim tanam dapat dikelola dengan lebih baik. Kebijakan harga eceran tertinggi (HET) serta operasi pasar menjadi strategi utama dalam mencegah lonjakan harga yang dapat berdampak pada daya beli masyarakat.

Sementara itu, langkah jangka panjang harus difokuskan pada modernisasi pertanian dan peningkatan infrastruktur pangan. Teknologi seperti irigasi pintar, pemanfaatan drone dan kecerdasan buatan (AI) untuk pertanian presisi, serta pembangunan gudang penyimpanan akan membantu meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi ketergantungan pada kondisi cuaca. Diversifikasi pangan juga menjadi solusi, dengan mengembangkan tanaman yang lebih tahan terhadap perubahan iklim seperti sorgum, porang, dan sagu. Di samping itu, penguatan sektor perikanan dan peternakan berbasis pakan lokal juga dapat meningkatkan ketahanan pangan secara menyeluruh.

Selain peningkatan teknologi, perlindungan lingkungan juga harus diperhatikan sebagai bagian dari strategi adaptasi. Agroforestri dan konservasi tanah diperlukan untuk menjaga kualitas lahan pertanian agar tetap produktif. Reboisasi dan konservasi hutan berperan penting dalam melindungi ekosistem dari degradasi yang lebih parah. Pengelolaan limbah pertanian melalui pembuatan kompos serta sistem peringatan dini cuaca bagi petani juga menjadi elemen penting dalam membangun ketahanan pangan yang lebih tangguh.

Secara keseluruhan, perubahan iklim memerlukan tindakan kolektif dari berbagai pihak, baik masyarakat, pemerintah, maupun sektor swasta. Langkah-langkah mitigasi dan adaptasi yang komprehensif harus segera diterapkan untuk mengurangi dampak negatif terhadap ketahanan pangan. Dengan strategi yang tepat, ketahanan pangan dapat tetap terjaga meskipun di tengah tantangan perubahan iklim. Kolaborasi dan inovasi menjadi kunci untuk menciptakan sistem pangan yang lebih tangguh dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Download Materi


Adi Subkhan Ifana, Anggota Komisi B DPRD Kota Semarang:

Perubahan Iklim, Pengertian dan Tindakan

Perubahan iklim adalah tantangan global yang semakin nyata akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan. Dampaknya meliputi cuaca ekstrem, kenaikan permukaan air laut, dan ancaman terhadap lingkungan serta kehidupan manusia. Untuk mengatasinya, diperlukan upaya mitigasi, seperti penggunaan energi terbarukan dan efisiensi energi, serta langkah adaptasi, seperti ketahanan infrastruktur dan pengelolaan sumber daya air. Setiap individu juga dapat berkontribusi dengan mengurangi konsumsi energi dan mendukung kebijakan berkelanjutan.

Perubahan iklim merupakan fenomena perubahan signifikan pada suhu global dan pola cuaca dalam jangka waktu yang panjang. Meskipun perubahan ini dapat terjadi secara alami, aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, penggundulan hutan, proses industri, dan praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, telah mempercepat proses ini. Dampaknya sangat luas, mulai dari cuaca ekstrem, kenaikan permukaan air laut, hingga ancaman terhadap keanekaragaman hayati.

Untuk mengatasi masalah ini, ada dua strategi utama yang dapat diterapkan: mitigasi dan adaptasi. Mitigasi mencakup upaya mengurangi emisi gas rumah kaca, seperti beralih ke energi terbarukan, meningkatkan efisiensi energi, dan melakukan reboisasi. Sementara itu, adaptasi melibatkan langkah-langkah untuk menghadapi dampak perubahan iklim, seperti memperkuat infrastruktur agar tahan terhadap cuaca ekstrem, mengelola sumber daya air dengan lebih baik, serta menyesuaikan praktik pertanian dengan kondisi iklim yang berubah.

Masyarakat juga dapat berkontribusi dalam mengatasi perubahan iklim dengan mengurangi penggunaan energi, mendukung praktik berkelanjutan, dan mendorong kebijakan yang berpihak pada perlindungan lingkungan. Tindakan sederhana, seperti menggunakan peralatan hemat energi dan memilih produk ramah lingkungan, dapat memberikan dampak besar jika dilakukan secara kolektif.

Kesimpulannya, perubahan iklim adalah tantangan global yang membutuhkan upaya bersama dari berbagai pihak. Dengan langkah yang tepat, baik dalam skala individu maupun kebijakan pemerintah, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Download Materi


Mega Anggraeni, Manajer Inisiatif Kota Untuk Perubahan Iklim (IKUPI)

Adaptasi Perubahan Iklim di Kota Semarang Tahun 2025

Kota Semarang menghadapi tantangan perubahan iklim dengan berbagai strategi adaptasi, termasuk pengelolaan ekosistem, infrastruktur ramah lingkungan, serta peningkatan kesiapsiagaan bencana melalui sistem informasi dan komunitas siaga. Risiko perubahan iklim, seperti kenaikan suhu, curah hujan ekstrem, dan dampak pada kesehatan serta ekonomi, ditanggulangi dengan edukasi masyarakat, pemberdayaan UMKM, serta inklusi kelompok rentan, terutama perempuan. Dengan visi 2025-2045 sebagai kota metropolitan yang layak huni dan berkelanjutan, Semarang terus mendorong kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk membangun ketahanan lingkungan dan kesejahteraan warga.

Perubahan iklim semakin nyata dengan dampak yang luas, seperti kenaikan suhu, peningkatan curah hujan ekstrem, serta meningkatnya risiko bencana alam. Kota Semarang, sebagai salah satu wilayah yang rentan terhadap perubahan iklim, terus berupaya mengadaptasi diri melalui berbagai strategi yang komprehensif. Pemanasan global telah menyebabkan naiknya permukaan laut, berkurangnya es kutub, dan perubahan pola cuaca yang semakin tidak menentu. Indonesia sendiri diproyeksikan mengalami kerugian ekonomi besar akibat perubahan iklim, terutama di sektor pesisir, pertanian, kesehatan, dan perairan.

Di Semarang, dampak perubahan iklim dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan. Peningkatan suhu dan perubahan pola curah hujan berkontribusi terhadap meningkatnya risiko penyakit seperti demam berdarah (DBD) dan leptospirosis. Selain itu, infrastruktur kota menghadapi tantangan besar akibat cuaca ekstrem yang dapat mengakibatkan banjir dan kerusakan fasilitas umum. Ketahanan pangan juga turut terdampak akibat gangguan pada produksi pertanian. Masyarakat yang memiliki keterbatasan akses terhadap sumber daya, ekonomi, dan mobilitas, terutama kelompok rentan seperti perempuan dan masyarakat berpenghasilan rendah, menjadi pihak yang paling terdampak dalam situasi ini.

Untuk menghadapi tantangan ini, Kota Semarang telah menerapkan berbagai strategi adaptasi yang berfokus pada pengelolaan ekosistem dan penguatan infrastruktur. Pengembangan infrastruktur yang adaptif dan ramah lingkungan menjadi prioritas utama untuk meningkatkan ketahanan kota. Program kesiapsiagaan bencana juga diperkuat melalui inisiatif seperti Kelurahan Siaga Bencana (Katana) dan kelompok masyarakat peduli lingkungan. Selain itu, implementasi sistem informasi bencana "Semarisk" memungkinkan pemantauan risiko secara lebih efektif, sehingga masyarakat dapat lebih siap menghadapi potensi bencana.

Pemberdayaan masyarakat juga menjadi bagian penting dalam strategi adaptasi ini. Program edukasi dan literasi perubahan iklim terus digalakkan untuk meningkatkan kesadaran warga terhadap ancaman yang dihadapi serta langkah-langkah mitigasi yang dapat dilakukan. Partisipasi aktif berbagai sektor, termasuk UMKM, ekowisata, dan pengelolaan sampah berbasis komunitas, menjadi salah satu bentuk kolaborasi yang memperkuat ketahanan kota. Peran perempuan dan kelompok rentan juga didorong agar mereka dapat lebih berdaya dalam menghadapi dampak perubahan iklim.

Dengan visi menuju tahun 2045, Kota Semarang bertekad untuk menjadi kota metropolitan yang layak huni, maju, dan berkelanjutan. Fokus utama diarahkan pada ketahanan ekonomi, sosial, infrastruktur, serta tata kelola pemerintahan yang efektif. Adaptasi terhadap perubahan iklim memerlukan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Melalui pendekatan berbasis ekosistem, pembangunan infrastruktur yang tangguh, serta peningkatan kapasitas masyarakat, Kota Semarang terus berupaya membangun lingkungan yang lebih tahan terhadap perubahan iklim demi masa depan yang lebih baik.

Download Materi


Dengan berbagai upaya tersebut, Kota Semarang menunjukkan komitmennya dalam menghadapi perubahan iklim. Adaptasi iklim bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga membutuhkan partisipasi aktif masyarakat dan sektor swasta. Dengan sinergi yang kuat, diharapkan Kota Semarang dapat menjadi contoh dalam membangun kota yang lebih tangguh, hijau, dan berkelanjutan di masa depan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama